Piuhhh...cape juga setengah hari nongkrong di sekolahnya si kakak, biasa, acara pentas drama musikal gitu. Hmm...puas sih ngeliat si kakak gembira sekali ngikutin acara, kayaknya memang yang kayak gini nih yang nggak bisa diganti dengan hadiah dalam bentuk apapun. Tapi, kalo ngeliat beberapa konten acaranya, ane jadi nggak sreg sama beberapa bentuk kreatifitas yang dibuat tuh. Itu tuh, tarian ala cheerleaders, kayak di lapangan basket atau football gitu. Ini anak mau dibawa kemana sih? Apa nggak ada yang lebih bermanfaat untuk dibikin kreatifitasnya. Yang sangat saya sesalkan adalah, sebetulnya dalam acara peringatan 10 tahun berdirinya sekolah ini, kok nggak ada sama sekali message yang keluar dari setiap kegiatan, yang sesuai dengan tema yayasan pendiri sekolah ini, yaitu Yayasan Pendidikan Islam. Nah, ada kata2 islamnya kok nggak ada sama sekali substansi acara yang menonjolkan kaidah2 islam yang mendidik. Gimana tuh ?
Sebagai orang tua, memang saya mengakui bahwa berat sekali untuk istiqomah dalam mendidik anak dengan materi2 yang bermanfaat untuk mereka di kemudian hari dalam meraih cita2 hidup kita di dunia ini, yaitu menggapai surga. Nah, dibawah ini saya mencoba untuk membuat sedikit catatan renungan yang mungkin dapat dijadikan sebagai sebuah acuan bagi orang2 tua yang memiliki cita2 dan keinginan yang sama dengan saya, setidaknya begitu.
Menggapai Surga
Ketika seorang anak yang berusia 5 tahun ketika ditanya mengenai cita2nya akan menjadi apa setelah besar nanti, kita akan mendapatkan jawaban yang beragam dengan cara penyampaian yang beragam juga dari mulut2 kecil anak2 yang pasti lucu. Anak saya menjawab bahwa dia ingin menjadi seorang dokter orang tua, maksudnya dokter yang khusus mengobati orang tua, karena neneknya sudah tua dan butuh perawatan dokter.
Kadang-kadang kita tanpa sadar akhirnya berfikir, kira-kira apa yang sebetulnya ingin saya berikan kepada mereka, anak2ku ? Sampai saya mendapatkan satu kesimpulan sederhana yaitu jawaban dari sebuah pertanyaan yang sangat mendasar tapi sekaligus visioner. Pertanyaannya adalah : "Apa yang menjadi tujuan hidup manusia di dunia ?" atau "Apa yang menjadi cita-cita manusia sebagai seorang mahluk Tuhan?". Jawabannya adalah : "Masuk Surga". Nah, jawaban yang sederhana bukan ? Tapi coba kita renungkan, apa reaksi kita jika jawaban itu keluar dari mulut anak kita atas pertanyaan kita mengenai cita-citanya. Mungkin secara refleks kita akan bilang, " Hussh, yang bener dong jawabnya. Kalo masuk surga sih udah pasti cita-cita semua orang". Bukan itu pertanyaan Ayah". Hmmm, begitu kan kemungkinan besar reaksi yang akan kita berikan. Kira-kira apa yang tersirat dari kejadian tersebut?
Akhirnya tanpa sadar kita mengakui sekaligus meyakini bahwa "Masuk surga" itu adalah merupakan cita-cita semua orang, termasuk kita sendiri. Tentunya kita juga memahami bahwa jika hal ini menjadi tujuan akhir dari kita, maka sebagai konsekwensinya tentu tahapan-tahapan untuk mencapai cita-cita tersebut harus kita perjuangkan semaksimal mungkin. Pertanyaannya adalah, "apakah kita sudah menjadi mahluk yang secara konsisten memperjuangkan apa yang menjadi cita-cita kita tersebut?". Dan apakah kita juga sudah memberikan bekal yang benar kepada anak2 kita yang dapat mereka gunakan untuk mencapai cita2 mereka yaitu Menggapai surga? Hmmm..No need to answer it, just think about it.
Wassalam