Friday, January 04, 2013

Sebuah Keyakinan (Bag. II)

Ternyata membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melanjutkan sebuah catatan perjalanan kehidupan. Saya akan mencoba untuk merangkai kembali lanjutan cerita dari sebuah keyakinan yang akhirnya membawa saya ke sebuah titik dimana kenyataan tersebut menjadi semakin nyata.

Setelah menyelesaikan pendidikan di bidang teknik elektronika, seperti kebanyakan lulusan perguruan tinggi lainnya, saya mencoba peruntungan saya dengan berangkat ke ibukota jakarta untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kompetensi keilmuan yang saya miliki. Keyakinan masih tetap utuh di dalam jiwa dan fikiran saya, bahwa telekomunikasi masa depan adalah komunikasi dalam bentuk pertukaran data. Bahwa seiring dengan perkembangan teknologi dari analog ke digital, maka format data digital akan semakin berkembang dalam dunia teknologi informasi yang menggunakan teknologi komputasi sebagai basis proses pengolahan data. Tidak disangkal lagi bahwa format data digital menjadi lebih efektif dan efisien dalam menyimpan, mengolah dan mengirimkan informasi. Hal inilah yang menjadi dasar keyakinan saya mengenai dunia komunikasi data.

Berada di sebuah kota besar seperti jakarta bukanlah hal yang pertama bagi saya. Saya termasuk salah satu dari sedikit orang yang mendapatkan keberuntungan untuk mengunjungi jakarta paling tidak beberapa tahun sekali, dikarenakan memang kami memiliki beberapa keluarga yang bertempat tinggal di jakarta. Walau begitu, tetap saja jakarta merupakan sebuah kota yang 'angkuh' dalam pandangan saya. Namun sebagai seorang perantau, yang memang sudah menyiapkan mental untuk menghadapi keangkuhan tersebut, hal itu tidak terlalu mengganggu saya dalam beraktifitas di jakarta.

Di awal memulai kehidupan di jakarta, saya tinggal di sebuah rumah yang berisikan hampir 20 orang penghuni permanen, dan kira-kira hampir 30-40 penghuni non permanen yang akan berkunjung di akhir pekan. Rumah tersebut bisa disebut sebagai sebuah rumah singgah. Milik orang tua dari salah seorang rekan alumni almamater yang sama dari jurusan kimia yang tidak terpakai. Atas kebaikan mereka rumah tersebut bisa kita tempati tanpa harus membayar sewa.

Hal yang pertama saya lakukan setibanya di jakarta adalah, membuat surat lamaran sebanyak-banyaknya untuk kemudian disebarkan ke perusahaan-perusahaan yang menurut saya pantas dan layak untuk menjadi tempat meniti karir sebagai seorang profesional.Dalam kurun waktu tidak sampai satu bulan, upaya saya tersebut membuahkan beberapa hasil. Saya dipanggil untuk mengikuti proses seleksi penerimaan pegawai di beberapa perusahaan swasta dan bumn. Beberapa diantaranya adalah Sony Electronic Indonesia, Panasonic, Bauma Sentra Teknika, PT. Caltex Pacific Indonesia dan dua dari beberapa perusahaan idaman saya yaitu PT. Indosat dan PT. Lintas Arta.

Dari proses tersebut, saya gagal di beberapa perusahaan, dan juga berhasil di beberapa perusahaan lainnya. Beberapa perusahaan yang saya ikuti prosesnya sampai akhirnya dinyatakan lulus adalah Bauma, Caltex, Lintas Arta dan Indosat. Namun hanya Bauma yang prosesnya tidak selama yang lain. Maka akhirnya saya putuskan untuk mengambil peluang di Bauma terlebih dahulu sambil tetap meneruskan proses yang lain.

Dalam waktu hampir 3 bulan akhirnya saya menyelesaikan proses seleksi di Indosat sampai dinyatakan diterima sebagai calon pegawai Indosat yang harus mengikuti pendidikan dasar (Dikdas) selama kurang lebih 9 bulan baru kemudian diangkat menjadi pegawai tetap. Pendidikan saya jalani di fasilitas diklat Indosat yang ada di Jatiluhur, dengan kombinasi materi pendidikan militer dan pelatihan teknik mengenai telekomunikasi.

Dan guess what, penempatan pertama saya setelah diangkat menjadi pegawai tetap adalah di Bagian Operasi Telegraph dan Komunikasi Data, bidang pekerjaan yang memang saya cita-citakan sebelumnya, yang merupakan bagian dari keyakinan saya selama ini, Komunikasi Data.

to be continued.