Sunday, November 22, 2015

Tren Bisnis Digital di Indonesia

perkembangan bisnis berbasis teknologi semakin meluas bahkan sampai menyebabkan tatanan struktur indusatri semakin porak poranda. Batasan-batasan vertikal industri menjadi semakin tidak relevan disebabkan oleh kemampuan teknologi yang membuat hal-hal yang sebelumnya menjadi domain sebuah bisnis menjadi tertumpang dan tertindih oleh sesuatu yang tadinya tidak bersentuhan langsung dengannya. Ambil saja contoh bisnis ride sharing seperti grab taxi, uber taxi, grab bike dan fenomena GoJek yang secara spesifik berkembang di Indonesia belakangan ini.

Saya selalu membayangkan apa yang dirasakan oleh para pelaku bisnis transportasi seperti Blue bird, Express, dll sebelum adanya uber dan grab car. Mereka pasti tidak akan pernah memperhitungkan bahwa pada satu masa bisnis mereka akan mendapatkan ancaman dari bisnis startup yang menjalankan usahanya menggunakan teknologi mobile apps dan bukan dari kompetitor yang memiliki layanan sejenis dengan mereka seperti sebelumnya. Apa yang ada di kepala mereka pada saat intensitas dampak tersebut semakin meningkat, yang ditunjukkan dengan hijrahnya para sopir yang sebelumnya menjadi garda terdepan bisnis mereka untuk bergabung ke uber dan grab car yang lebih memberikan keuntungan buat mereka. Atau para sopir taxi yang melihat penghasilan menjadi pengemudi Gojek lebih besar dibandingkan dengan profesi mereka selama ini.

Friday, January 04, 2013

Sebuah Keyakinan (Bag. II)

Ternyata membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melanjutkan sebuah catatan perjalanan kehidupan. Saya akan mencoba untuk merangkai kembali lanjutan cerita dari sebuah keyakinan yang akhirnya membawa saya ke sebuah titik dimana kenyataan tersebut menjadi semakin nyata.

Setelah menyelesaikan pendidikan di bidang teknik elektronika, seperti kebanyakan lulusan perguruan tinggi lainnya, saya mencoba peruntungan saya dengan berangkat ke ibukota jakarta untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kompetensi keilmuan yang saya miliki. Keyakinan masih tetap utuh di dalam jiwa dan fikiran saya, bahwa telekomunikasi masa depan adalah komunikasi dalam bentuk pertukaran data. Bahwa seiring dengan perkembangan teknologi dari analog ke digital, maka format data digital akan semakin berkembang dalam dunia teknologi informasi yang menggunakan teknologi komputasi sebagai basis proses pengolahan data. Tidak disangkal lagi bahwa format data digital menjadi lebih efektif dan efisien dalam menyimpan, mengolah dan mengirimkan informasi. Hal inilah yang menjadi dasar keyakinan saya mengenai dunia komunikasi data.

Berada di sebuah kota besar seperti jakarta bukanlah hal yang pertama bagi saya. Saya termasuk salah satu dari sedikit orang yang mendapatkan keberuntungan untuk mengunjungi jakarta paling tidak beberapa tahun sekali, dikarenakan memang kami memiliki beberapa keluarga yang bertempat tinggal di jakarta. Walau begitu, tetap saja jakarta merupakan sebuah kota yang 'angkuh' dalam pandangan saya. Namun sebagai seorang perantau, yang memang sudah menyiapkan mental untuk menghadapi keangkuhan tersebut, hal itu tidak terlalu mengganggu saya dalam beraktifitas di jakarta.

Di awal memulai kehidupan di jakarta, saya tinggal di sebuah rumah yang berisikan hampir 20 orang penghuni permanen, dan kira-kira hampir 30-40 penghuni non permanen yang akan berkunjung di akhir pekan. Rumah tersebut bisa disebut sebagai sebuah rumah singgah. Milik orang tua dari salah seorang rekan alumni almamater yang sama dari jurusan kimia yang tidak terpakai. Atas kebaikan mereka rumah tersebut bisa kita tempati tanpa harus membayar sewa.

Hal yang pertama saya lakukan setibanya di jakarta adalah, membuat surat lamaran sebanyak-banyaknya untuk kemudian disebarkan ke perusahaan-perusahaan yang menurut saya pantas dan layak untuk menjadi tempat meniti karir sebagai seorang profesional.Dalam kurun waktu tidak sampai satu bulan, upaya saya tersebut membuahkan beberapa hasil. Saya dipanggil untuk mengikuti proses seleksi penerimaan pegawai di beberapa perusahaan swasta dan bumn. Beberapa diantaranya adalah Sony Electronic Indonesia, Panasonic, Bauma Sentra Teknika, PT. Caltex Pacific Indonesia dan dua dari beberapa perusahaan idaman saya yaitu PT. Indosat dan PT. Lintas Arta.

Dari proses tersebut, saya gagal di beberapa perusahaan, dan juga berhasil di beberapa perusahaan lainnya. Beberapa perusahaan yang saya ikuti prosesnya sampai akhirnya dinyatakan lulus adalah Bauma, Caltex, Lintas Arta dan Indosat. Namun hanya Bauma yang prosesnya tidak selama yang lain. Maka akhirnya saya putuskan untuk mengambil peluang di Bauma terlebih dahulu sambil tetap meneruskan proses yang lain.

Dalam waktu hampir 3 bulan akhirnya saya menyelesaikan proses seleksi di Indosat sampai dinyatakan diterima sebagai calon pegawai Indosat yang harus mengikuti pendidikan dasar (Dikdas) selama kurang lebih 9 bulan baru kemudian diangkat menjadi pegawai tetap. Pendidikan saya jalani di fasilitas diklat Indosat yang ada di Jatiluhur, dengan kombinasi materi pendidikan militer dan pelatihan teknik mengenai telekomunikasi.

Dan guess what, penempatan pertama saya setelah diangkat menjadi pegawai tetap adalah di Bagian Operasi Telegraph dan Komunikasi Data, bidang pekerjaan yang memang saya cita-citakan sebelumnya, yang merupakan bagian dari keyakinan saya selama ini, Komunikasi Data.

to be continued.

Sunday, December 02, 2012

Diferensiasi Produk

Dalam dunia marketing, ada banyak cara untuk membuat sebuah produk memiliki kelebihan yang menjadi faktor pembeda dengan produk sejenis yang dimiliki oleh kompetitor. salah satunya adalah dengan menambahkan value added service kepada produk dasar/basic yang belum atau tidak bisa dilakukan oleh orang lain khususnya kompetitor.

Ada beberapa contoh yang dapat kita jadikan rujukan dalam memahami lebih jauh arti diferensiasi terhadap sebuah produk. Sebagai contoh, di industri musik hidup yang umumnya menampilkan artis penyanyi dan pemusik yang menghadirkan lagu-lagu dan karya-karya musik untuk dapat dinikmati secara langsung oleh penonton. Hal yang umum dilakukan oleh para musisi dan penyanyi tersebut tentunya menyanyi dan memainkan alat musik dengan mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Tentunya ini menjadi sesuatu yang lazim dan biasa dilakukan oleh para penampil tersebut, yang bisa dikatakan bahwa memang itulah produk utama dari sebuah bisnis pertunjukan musik hidup. Pertanyaannya, sampai tingkat seperti apa kemampuan vokal seorang penyanyi atau keahlian bermusik seorang musisi dikatakan lebih dari penyanyi atau musisi lainnya? Apakah tingginya keahlian mereka sejalan dengan ekspektasi penonton/pendengar? Jangan-jangan penonton tidak membutuhkan hal-hal tersebut. Yang penting bagi mereka adalah pertunjukan tersebut bisa menghibur sesuai dengan tujuan mereka datang adalah untuk mencari hiburan.

Jika demikian, maka faktor apakah yang bisa menjadi pembeda antara satu group dengan group lainnya?